Rabu, 07 September 2011

Tangis di hati di saksikan lautan di depan


Satu persatu derap langkah putra menapaki tangga di samping musholah kantornya,,disana memang tempat favoritnya menghabiskan waktu istirahat yang sangat singkat itu,,layar utama adalah hamparan samudera luas,,”Selat Sulawesi”,,dan angin laut memainkan perannya sebagai penyejuk utama.
Putra memilih duduk di anak tangga teratas,,selain karena ukuran anak tangga teratas itu agak lebar,,dari sini juga pemandangan indah terbantang luas tanpa halangan tembok kantor bagian belakang,,samudera terlihat tenang siang itu dengan gulungan ombaknya yang teratur selalu hampir sejajar…tak ada hempasan keras seperti bulan2 lalu,,tampak di kejauhan kapal tongkang masih berbaris rapih membelah lautan.
Biasanya putra duduk disini untuk memulihkan tenaga yang terkuras sepenggal hari ini karena kerjaannya yang memang terkenal menguras banyak tenaga..tapi sekarang tidak,,bukan fisik yang dia rasakan lemas dan habis terkuras,,tapi hati yang melemahkan raganya,,putra membuka lagi pesan terakhir dari handphonenya..lirih dala hati terbaca” anggap saja aku memohon jangan bahas ini lagi,,kamu sudah dapat yang kamu inginkan,,maka aku akan pergi,,jangan hubungi aku lagi”..seandainya tak malu aku pada lautan yang seolah berkerumun di hadapnya mungkin telah dia renangi samudera itu dengan tangisnya yang menjadi2..
Menangis dia dalam luka..tak habis pikir putra kalau ini semua benar2 terjadi padanya..pesan itu datang dari orang yang menemaninya beberapa tahun belakangan ini..orang yang selalu berbagi keluh kesah dengannya..berbagi maslah dalam keadaan yang sangat sulit sekalipun..semalam memang terjadi perdebatan yang sangat kukuh,,permasalahan utamanya hanya sepele saja pikir putra tapi yang tidak sepele di balik semua itu adalah  keangkuhan mereka  berdua.
Terbesit sejenak dalam pikiran putra apa yang akan dia lakukan esok hari…mengisi dan melewati hari tanpa seseorang yang biasa menemaninya itu..kemana dia akan mengadu ketika masalah hidup datang menghampirinya..atau sekedar mencurahkan perasaan rindu dan sayang..bingung hanya itu yang ada di kepalanya saat ini..tanpa dia sadari kelopak matanya sedari tadi menahan linangan air mata yang memaksa ingin tumpah..
Putra sudah merasa sangat nyaman dengan kekasihnya itu,,dari awal mereka bertemu putra sudah melihat bahwa orang inilah yang dia cari selama ini..segala kriteria sederhana tentang wanita calon pendamping hidupnya yang dia ungkapkan dulu..hampir semuanya ada dalam sosok terkasih yang sangat dia sayangi itu..tak terbayangkan jika harus kehilangan orang yang diharap2 itu..
Apa yang akan dia katakan kepada orang tua sang terkasih itu ? selama ini hubungan mereka sangat baik..ada satu kisah yang sangat melekat dalam bathin putra ketika dia dan ibu sang terkasih sedang menunggu sang terkasih pulang dari jakarta bahkan sampai larut..mereka saling ngotot untuk tetap bertahan sampai sang terkasih itu pulang..padahal esok pagi putra harus berangkat ke papua untuk dinas kerja..Putra selama ini pun juga sudah melakukan gerilya kecil ke dalam keluaraganyasndiri untuk lebih mengenalkan sang terkasih..putra merasa sangat yakin karena ini adalah pilahan hatinya dan tidak main2 lagi..putra merasa ini adalah pilihannya yang terakhir.

Gambaran tentang rencana masa depan pun sangatlah jelas buat putra..dia sudah memplanningkan untuk membangun rumah tangga dengan sang terkasih..meski harus menggugurkan beberapa keinginan dan rencana sebelumnya..
Namun semua kini samar di depan putra..tak ada lagi bayang2 keindahan itu..tak kuasa menghilangkan senyum manis sang terkasih dari pikirannya..terlalu indah pikirnya untuk mengaburkan semua itu..” ya tuhan aq sangat menyanyanginya..aq telah melakukan hal yang ku pikir benar bisa aku lakukan untuk membuat dia kembali padaku..namun sampai hari ini dia tidak kembali jua..tidak kuat aku tuhan menahan semua ini..aku sendiri..benra2 sendiri” putra membathin.
Helaan nafas panjang dari putra dan segala kenangan manis itu..senyuman manis itupun perlahan mengabur dan menghilang bersamaan dengan matinya handphone di tangan putra. Bel tanda waktu istrahat telah usai menyadarkan putra dalam lamunan..lautan di depannya masih saja tenang dengan ombak yang bergulung sejajar beriringan seolah mengisyaratkan tanda ke putra untuk tetap tenang..untuk tetap berada di jalur yang sudah dia rencanakan..untuk tidak membadaikan segalanya..putra tertunduk dalam pasrah kepada yang maha kuasa..”Astagfirullah Aladzim”..tak ada pilihan lagi di depannya selain melanjutkan hari2..meski seorang diri..
Butir2 kesedihan itupun jatuh jua dari kelopak mata putra yang sedari tadi tak kuasa lagi membendungnya..butir itu jatuh di punggung tangan putra..dengan tangan itu pula dia menyeka air matanya..dan kembali menatap lautan di depan..kali ini dengan sedikit senyum yang tersungging di bibirnya..

Tidak ada komentar:

Posting Komentar